Allah Swt sudah menentukan rezeki tiap orang untuk kelangsungan hidupnya. Tugas kita hanyalah menjemput rezemi tersebut dengan bekerja dan doa. Salah satunya doa meminta rezeki yang berkah.
Rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari). Rezeki juga diartikan sebagai nafkah, penghidupan, pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; dan kesempatan mendapat makan.
Nabi Muhammad saw menganjurkan umatnya untuk banyak berdoa meminta rezeki kepada Allah Swt.
Doa Meminta Rezeki Berlimpah
Salah satu bacaan doa meminta rezeki bersumber dari Al-Qur'an.
"Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu, berikanlah kami rezeki dan Engkaulah Pemberi rezeki yang paling utama." (QS Al-Maidah:114)
Doa tersebut dibaca Nabi Isa as ketika ia berdoa meminta rezeki bagi umatnya.
Selain doa meminta rezeki tersebut, dalam risalah Islam terdapat doa lain yang bisa dibaca setiap hari. Berikut ini bacaan doanya:
"Ya Allah, aku minta pada Engkau agar melimpahiku rezeki yang halal, luas, dan baik tanpa kesusahan, tanpa kemelaratan dan tanpa kepayahan. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu."
Doa meminta rezeki yang barokah juga ada dalam doa minum air Zamzam sebagai berikut:
''Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan sembuh dari segala penyakit.''
Demikian Doa Meminta Rezeki yang Berkah. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kita kekuatan iman, takwa, dan doa pun termasuk ibadah. Wallahu a'lam bish-shawabi.*
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan modern saat ini. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini juga berlaku dalam agama Islam, di mana pengembangan iptek sangat dianjurkan dan dianggap sebagai sesuatu yang penting.
Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang ayat dan hadits yang berkaitan dengan iptek dalam agama Islam. Kami akan membahas tentang pentingnya pengembangan iptek, serta pandangan agama Islam mengenai iptek dan penggunaannya. Mari kita mulai dengan membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan iptek dalam agama Islam.
Ayat-ayat tentang Iptek dalam Agama Islam
Berikut adalah beberapa ayat yang berkaitan dengan iptek dalam agama Islam:
Ayat
Artinya
“Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS Thaha: 114)
Doa Nabi Musa AS agar diberikan tambahan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT.
“Dan Allah mengajarkan kepada Adam seluruh nama (benda-benda), kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat lalu Dia berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda tersebut jika kamu memang benar-benar benar (tentang pengetahuan)”. (QS Al-Baqarah: 31)
Menunjukkan bahwa Allah SWT mengajarkan kepada manusia ilmu pengetahuan dan menuntut manusia untuk belajar.
“Dan Allah menurunkan kepada binatang-binatang itu rumus-rumus kehidupan, dari padanya mereka memperoleh rezeki. Dan Allah telah menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani. Hanya sedikit sekali kamu bersyukur”. (QS Al-Nahl: 78)
Menunjukkan bahwa Allah SWT telah memberikan kepada manusia ilmu pengetahuan melalui binatang-binatang dan memberikan kemampuan untuk belajar.
Tidak hanya ayat-ayat tersebut, ada banyak ayat lainnya yang menunjukkan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan dalam agama Islam. Selain ayat, hadits juga memiliki banyak pernyataan mengenai iptek. Mari kita bahas lebih lanjut.
Hadits tentang Iptek dalam Agama Islam
Berikut adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan iptek dalam agama Islam:
1. “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (HR Al-Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Ini termasuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang muslim harus selalu mencari ilmu dan belajar untuk mengembangkan iptek.
2. “Allah tidak akan memberikan keberkahan kepada umat yang tidak menghargai para ulama”. (HR Ibn Majah)
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah tidak akan memberikan keberkahan kepada umat yang tidak menghargai para ulama. Para ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan membawa manfaat bagi umat Islam. Oleh karena itu, pengembangan iptek dan penghormatan terhadap para ulama sangat penting dalam agama Islam.
3. “Allah mencintai hamba yang pandai dalam pekerjaannya”. (HR Al-Bukhari)
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah mencintai hamba yang pandai dalam pekerjaannya. Ini berarti bahwa jika seseorang mengembangkan iptek dan bekerja dengan baik, Allah akan mencintainya. Ini juga menunjukkan bahwa pengembangan iptek adalah sesuatu yang positif dalam agama Islam.
4. “Pesananku kepada kalian semua adalah agar kalian selalu mencari ilmu dan belajar sebanyak-banyaknya, karena ilmu pengetahuan itu adalah harta yang tidak akan pernah hilang”. (HR Ibn Majah)
Hadits di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Oleh karena itu, muslim harus selalu berusaha untuk mencari ilmu dan mengembangkan iptek.
5. “Keutamaan orang yang belajar ilmu pengetahuan adalah lebih besar dari pada orang yang berpuasa dan shalat malam”. (HR Al-Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan bahwa keutamaan orang yang belajar ilmu pengetahuan lebih besar dari pada orang yang berpuasa dan shalat malam. Ini menunjukkan bahwa pengembangan iptek sangat penting dalam agama Islam dan dianggap sebagai sesuatu yang sangat mulia.
Pandangan Agama Islam tentang Iptek
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pengembangan iptek sangat dianjurkan dalam agama Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membawa manfaat bagi umat manusia dan membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, ada juga pandangan yang berbeda-beda dalam agama Islam mengenai penggunaan iptek.
Beberapa orang beranggapan bahwa penggunaan iptek harus sesuai dengan nilai-nilai agama Islam dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam agama Islam, pengembangan iptek harus dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan tidak melanggar aturan agama.
Selain itu, ada juga pandangan yang menganggap bahwa iptek dapat digunakan untuk melawan nilai-nilai agama Islam. Pandangan ini dianggap salah dalam agama Islam, karena menunjukkan bahwa iptek digunakan untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk mengembangkan iptek dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama Islam dan tidak melanggar aturan agama. Dengan cara ini, iptek dapat membawa manfaat bagi umat manusia dan membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesimpulan
Dalam agama Islam, pengembangan iptek sangat dianjurkan dan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Ayat dan hadits dalam agama Islam menunjukkan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan, serta bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Oleh karena itu, muslim harus selalu berusaha untuk mencari ilmu dan mengembangkan iptek.
Pengembangan iptek harus dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama Islam dan tidak melanggar aturan agama. Dengan cara ini, iptek dapat membawa manfaat bagi umat manusia dan membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Kita sebagai umat Islam harus selalu berusaha untuk mengembangkan iptek dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama Islam dan tidak melanggar aturan agama. Dengan cara ini, iptek dapat membawa manfaat bagi umat manusia dan membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Siapa yang tahu tentang sejarah Nabi Muhammad SAW? Nabi Muhammad SAW adalah tokoh penting dalam sejarah agama Islam. Hingga saat ini umatnya di seluruh penjuru dunia mengagumi kisah nabi Muhammad SAW. Beliau adalah suri tauladan bagi umat muslim hingga saat ini dan hari akhir nanti.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi penutup, penyempurna ajaran Allah SWT yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Seperti dilansir dalam situs Nu.or.id, sebagai nabi terakhir, perjalanan Nabi Muhammad tak lepas dari upaya menyeru seluruh umat manusia agar beribadah kepada Allah SWT dan menunjukkan mereka jalan yang lurus dalam urusan dunia maupun akhirat.
Seperti nabi-nabi sebelumnya, Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dan mukjizat yang luar biasa dari Allah SWT. Dan itu adalah kitab suci Al Quran yang menjadi pedoman bagi umat muslim.
Selain wahyu dan mukjizat, kisah Nabi Muhammad SAW yang lain juga tidak kalah menarik untuk disimak. Mulai dari kelahiran beliau, hingga kisah meninggalnya kekasih dan utusan mulia Allah SWT ini. Berikut ini kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan hikmah dan semoga dapat menjadi contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Daftar Isi
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW lahir pada Tahun Gajah yaitu tahun dimana pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah Habasyah ingin merobohkan Ka’bah yang diperkirakan terjadi pada 12 Rabiul Awal. Dengan kebesaran-Nya, Allah SWT menghentikan pasukan tersebut dengan mengirimkan burung-burung ababil untuk menjatuhkan batu-batu yang membawa wabah penyakit. Kisah Nabi Muhammad ini terdapat di Al-Quran, Surat Al Fil yang artinya pasukan gajah.
Di tahun inilah, Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah dan dibesarkan sebagai anak yatim karena Abdullah, ayah Nabi Muhammad, wafat sebelum Rasulullah SAW lahir. Beberapa tahun setelah menghabiskan waktu dengan ibunya, Aminah, Nabi Muhammad SAW kemudian dibesarkan oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib.
Sayangnya, umur kakeknya pun juga hanya sebentar. Setelah dua tahun dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Mutholib meninggal pada umur Rasul yang kedelapan dan Nabi diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Abu Thalib dikenal dengan orang yang dermawan walaupun hidupnya fakir atau tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Hanya dengan keadaan tersebut, Nabi Muhammad SAW dapat berkembang dan tumbuh dengan pamannya.
Nabi Muhammad SAW Mendapatkan Wahyu Pertama
Sebelum menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad telah mendapatkan beberapa karunia istimewa dari Allah seperti wajahnya yang bersih dan bersinar yang mengalahkan sinar bulan, tumbuh suburnya daerah tempat Halimah (ibu yang menyusui Nabi) padahal tadinya gersang dan kering, dan lain sebagainya. Itulah tanda-tanda kebesaran Allah yang menandakan akan datangnya nabi yang terakhir yang memiliki kedudukan yang tertinggi nantinya.
Pada saat Rasul ingin mendapatkan wahyu pertamanya, Rasul mendapatkan sebuah mimpi Malaikat Jibril menghampirinya. Rasul pun menyendiri di Gua Hira tepatnya di sebelah atas Jabal Nur. Disitulah Rasul diperlihatkan bahwa mimpinya adalah benar.
Malaikat Jibril pun datang kepada Rasul dan turunlah wahyu yang pertama yang ia bawakan dari Allah SWT dalam Surat Al ‘Alaq yang artinya,
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq, 1-4)
Walaupun Nabi merasa ketakutan, disitulah kisah Nabi Muhammad sebagai rasul dimulai. Disitulah tempat datangnya Nabi yang terakhir yang akan membawa kedamaian untuk seluruh umat.
Setelah mendapatkan wahyu yang pertama, Nabi kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah.
Allah Memerintahkan Dakwah secara Terang-Terangan
Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah Allah SWT dalam Surat Al-Hijr ayat 94 dan memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr, 94)
Perintah Berzakat di Zaman Rasulullah
Pada zaman Rasulullah SAW di tahun pertama di Madinah itu, Nabi dan para sahabatnya beserta segenap kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari Mekah ke Madinah) masih dihadapkan kepada bagaimana menjalankan usaha penghidupan di tempat baru tersebut. Hal ini dikarenakan, selain memang tidak semua di antara mereka orang yang berkecukupan, kecuali Usman bin Affan, semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki juga ditinggal di Mekah.
Saat kondisi kaum Muslimin sudah mulai sejahtera, tepatnya pada tahun kedua Hijriyah, barulah kewajiban zakat diberlakukan. Nabi Muhammad SAW langsung mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Qadli di Yaman. Rasul pun memberikan nasihat kepadanya supaya menyampaikan kepada ahli kitab beberapa hal, termasuk menyampaikan kewajiban zakat dengan ucapan,
“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka,”
sebagai kepala negara saat itu, ucapan Rasul langsung ditaati oleh seluruh umat muslim tanpa ada perlawanan.
Harta benda yang dizakati di zaman Rasulullah SAW yakni, binatang ternak seperti kambing, sapi, unta, kemudian barang berharga seperti emas dan perak, selanjutnya tumbuh-tumbuhan seperti syair (jelai), gandum, anggur kering (kismis), serta kurma. Namun kemudian, berkembang jenisnya sejalan dengan sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk diperkembangkan pada harta itu sendiri, yang dinamakan “illat”. Berdasarkan “Illat” itulah ditetapkan hukum zakat.
Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah SAW adalah mengajarkan berbagi dan kepedulian, oleh sebab itu zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling mendukung terhadap sesama muslim. Dengan kata lain, zakat harus mampu mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat muslim.
Kurban di Zaman Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW melaksanakan kurban saat melakukan haji Wada di Mina. Pada saat itu Rasulullah SAW menyembelih 100 ekor unta. Beliau menyembelih sendiri sebanyak 63 ekor unta, sementara sisanya disembelih oleh Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah. Seluruh hewan kurban tersebut disembelih setelah Shalat Idul Adha (QS. Al-Hajj : 36).
Dalam surah Al-Hajj ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang dijadikan kurban, tujuan dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu memakan daging kurban, dan orang-orang yang dapat memakan daging kurban.
Peristiwa Isra Mi’raj
Pada tahun kesebelas era Nabi Muhammad SAW terjadi peristiwa yang menyedihkan. Tahun ini sering disebut dengan tahun kesedihan karena pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah wafat pada tahun tersebut.
Setelah peristiwa tersebut, Allah kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk mendampingi Rasul dalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra yang dimana setelah itu Rasulullah melakukan perjalanan kembali dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh yang disebut sebagai Mi’raj. Disitulah, Rasulullah mendapatkan perintah sholat 5 waktu yang wajib dikerjakan seluruh umat Islam.
Turunnya Al-Quran saat Nabi Muhammad sedang menyendiri di Goa Hira adalah mukjizat terbesar dan kekal. Mengutip dari Huzaemah Tahido Yanggo selaku Rektor IIQ Jakarta, Al-Qur’an bukan saja untuk mematahkan segala bantahan dan argumen kaum musyrikin kepada kebenaran wahyu yang dibawah Rasulullah Muhammad Saw, tetapi ia juga ditujukan kepada seluruh umat manusia.
Membelah Bulan
Rasululllah menerima mukjizat ini saat orang-orang kafir menentang dirinya. Untuk menunjukkan kenabiannya, Rasulullah membelah bulan di depan mereka semua.
Menyembuhkan Sakit Mata
Sebelum menaklukan Benteng Khaibar, Ali bin Abi Thalib yang menjadi pemegang bendera mengalami sakit mata. Nabi Muhammad menyembuhkan mata Ali dengan meludahinya. Atas izin Allah, Ali dapat melihat dengan jernih.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Pada saat sahabat Abu Bakar sedang tidak di Madinah, terjadi sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan dimana Nabi Muhammad SAW wafat. Pada saat Abu Bakar diberitahu, beliau segera datang ke rumah Aisyah. Beliau mengucapkan,
“Ketahuilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan pernah mati.”
Kemudian beliau membacakan firman Allah SWT,
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).(QS. Az-Zumar: 30)
Siapa Sahabat Nabi Muhammad yang Dermawan?
Sahabat adalah seseorang yang menjadi tempat aman untuk berbagi suka dan duka. Definisi sahabat bagi Nabi Muhammad adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan Islam.
Sahabat nabi adalah orang-orang berprestasi untuk urusan dunia dan akhirat. Mereka terus menebar kebaikan dan pengorbanan sampai akhir hayatnya. Hal ini terlihat dari minat para sahabat untuk bidang filantropi atau wakaf sosial. Begini kisahnya!
Abu Bakar As-Shidiq
Di mana ada Nabi Muhammad, di situ ada Abu Bakar. Mereka bersahabat bukan hanya untuk senang-senang, akan tetapi juga membuat kolaborasi apik untuk wakaf. Dalam kisah Nabi Muhammad semasa, beliau pernah mendapatkan hibah berupa tanah yang merupakan milik anak yatim dari Bani Najjar.
Melansir dari Tabung Wakaf, hibah tersebut Rasulullah tolak karena Rasulullah tidak mungkin mengambil hak anak yatim begitu saja. Beliau memutuskan untuk membelinya saja dengan harga 10 Dinar, lalu Abu Bakar As-Shidiq yang membayarnya.
Tanah wakaf tersebut digunakan untuk perluasan Masjidil Haram. Ekspansi dilakukan karena jumlah muslim semakin bertambah hingga masjid diperluas menjadi 50×50 meter. Dalam sejarah, bukan hanya kolaborasi Nabi Muhammad dan Abu Bakar untuk wakaf tanah perluasan masjid, tetapi juga saudagar kaya raya Abdurrahman bin Auf.
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab tampak luar merupakan sosok tegas dan tegar, namun lembut di dalam hatinya. Ia mewakafkan tanah di khaibar untuk disulap menjadi kebun kurma produktif pada tahun ke 7 hijriyah. Walaupun ia menyukai tanah tersebut, tanpa berat hati ia mewakafkan tanahnya dan hasil kebun ia sedekahkan kepada fakir miskin, hamba sahaya, fisabilillah, atau orang-orang yang membutuhkan.
Utsman bin Affan
Masyarakat pun rela antri untuk membeli air bersih dari yahudi. Melihat kondisi tersebut, Rasulullah bersabda:
Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbang kan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapatkan surgaNya Ta’ala (HR. Muslim)
Usman segera menemui pemilik sumur untuk berbicara dan tawar menawar. Awalnya, yahudi enggan untuk menjual sumur karena asset tersebut merupakan mata pencariannya. Supaya empu sumur tetap hidup berkecukupan, Utsman pun menawar untuk membeli setengah sumur.
Sang Yahudi pun sepakat. Akan tetapi, karena kebutuhan yang tinggi, Utsman pun menawar lagi untuk membeli seluruh sumur. Atas kesepakatan harga, yahudi pun setuju untuk menjual seluruh sumurnya. Semua orang dapat menggunakan air secara gratis, termasuk Yahudi sebagai sang empu sumur.
Lingkungan di Sekitar Sumur Tumbuh Subur
Kehadiran sumur menjadi berkah bagi seluruh masyarakat karena air melimpah ruah. Lingkungan di sekitar sumur juga ditumbuhi 1.500 pohon kurma yang hasilnya layak dijual ke pasar. Sampai sekarang, hasil dari kebun kurma dikelola dan diawasi oleh Departemen Pertanian Arab Saudi.
Sebagian dari keuntungan digunakan untuk membiayai anak-anak yatim atau fakir miskin. Lalu, sebagian disimpan di rekening khusus atas nama Utsman bin Affan. Saking melimpah, surplus digunakan untuk membeli tanah di kawasan elite untuk membangun hotel pariwisata di dekat Masjid Nabawi.
Ali bin Abi Thalib
Sahabat adalah sosok yang hadir saat suka dan duka. Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi Muhammad yang belajar tentang islam sejak usia dini. Salah satu bentuk pengorbanannya yaitu Ali menyamar menjadi Nabi Muhammad dengan tidur di atas tempat tidurnya saat Rasulullah hijrah.
Saat kaum kafir Quraisy ingin menyerang, ternyata mereka menemukan Ali yang berada di tempat tidur. Sontak, para penyerang merasa sia-sia menunggu semalaman untuk membunuh Nabi Muhammad. Mereka pun meninggalkan Ali yang juga kaget melihat para pemberontak.
Talhah bin Ubaidillah
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad dikelilingi oleh sahabat yag dermawan, seperti Talhah bin Ubaidillah. Ia mewakafkan harta berupa kebun miliknya sendiri. Kalau beliau terlalu memikirkan duniawi, ia bisa saja menjual kebun Bairuha dengan harga sangat mahal. Akan tetapi, Abu Thalhah bukanlah sosok tamak.
Ia tanpa ragu berwakaf untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam. Ia memutuskan utnuk berwakaf saat mendengar ayat dari surat Ali Imron ayat 92:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran, 92)
Ayat ini memacu motivasinya untuk menjemput kehidupan akhirat yang bahagia. Maka dari itu, ia tidak ragu berwakaf atas nama Allah dan Rasulullah SAW.